Menuju emisi nol bersih: perlu perhatikan kesenjangan data

Perusahaan di kawasan Asia Pasifik sudah menargetkan emisi nol bersih, namun mungkin terhalang oleh persoalan kesenjangan data, seperti kurangnya data emisi dari pemasok mereka. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Vehicle emissions
Bagi dunia bisnis, jalan menuju emisi nol bersih mendapatkan banyak tantangan. Yang pertama adalah bagaimana perusahaan menggunakan data untuk mengukur jejak karbon mereka. Gambar: Jack/Flickr

Perusahaan di kawasan Asia Pasifik sedang berupaya dekarbonisasi seiring dengan konsumen dan investor yang mulai mengamati secara teliti jejak karbon dari dunia korporasi.

Organisasi nirlaba lingkungan hidup, CDP, mencatat lebih dari 3.000 perusahaan dari 21 negara di kawasan Asia Pasifik telah membuka kinerja, risiko, peluang, strategi, dan target keberlanjutan mereka pada tahun 2020, meningkat hampir 20 persen dalam setahun.

Sekitar 70 persen dari bisnis tersebut telah memiliki target penurunan emisi dan melakukan inisiatif, seperti menetapkan harga internal untuk karbon, meneliti dan mengembangkan produk rendah karbon, dan mengalokasikan anggaran khusus untuk efisiensi energi.

Namun, CDP masih menyoroti beberapa kesenjangan. “Meskipun pelaporan terkait operasional mengalami peningkatan, data emisi dari rantai pasokan masih tetap sulit dipahami,” kata CDP, menambahkan bahwa informasi tersebut sangat penting karena emisi rantai pasokan perusahaan rata-rata adalah 11,4 kali lebih tinggi dari emisi operasional.

Untuk mencapai emisi nol bersih, dunia bisnis harus menjalankan enam langkah, jelas Michael Salvatico, kepala bidang Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) Asia Pasifik dan pengembangan bisnis di S&P Global, Sustainable1, sebuah grup data inteligensi untuk isu keberlanjutan.

Data dari S&P Global Trucost mengindikasikan bahwa setiap sektor di Asia Pasifik telah gagal selaras dengan skenario pemanasan global 1,5 derajat Celcius.

Michael Salvatico, kepala Asia Pasifik, pengembangan bisnis ESG, S&P Global Sustainable1

Mereka harus mengukur emisi dari keseluruhan rantai nilai, termasuk operasional, rantai pasokan dan portofolio investasi, untuk mendapatkan garis dasar untuk menyusun rencana dan menetapkan target penurunan emisi.

“Data kami menunjukkan untuk sebagian besar kegiatan bisnis, proporsi terbesar dari jejak karbon hidup tersembunyi dalam rantai pasokan atau dalam fase penggunaan dan pembuangan produk; rata-rata 85 persen emisi karbon tersembunyi dalam aktivitas rantai pasokan,” kata Michael.

Perusahaan juga harus melacak apakah rantai pasokan dan portofolio investasi mereka telah melakukan dekarbonisasi yang sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris, menganalisiskan skenario risiko masa depan serta langkah transisi yang potensial untuk mencapai emisi nol bersih. Perjanjian Paris, yang ditandatangani pada tahun 2015, sepakat untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri sebelum akhir abad ini.

Setelah itu, perusahaan juga harus menetapkan target penurunan emisi berbasiskan sains, melaporkan kemajuan mereka dengan cara yang sejalan dengan standar praktik terbaik, seperti rekomendasi dari Satuan Tugas untuk Pengungkapan Keuangan terkait Iklim (TCFD), dan menargetkan emisi nol bersih dalam investasi dan strategi finansial perusahaan.

Pemodelan risiko iklim 

Apabila perusahaan menghadapi adanya kesenjangan data yang dapat mencegah mereka mencapai langkah-langkah tersebut, seperti kurangnya data emisi dari pemasok dan investor, maka S&P Global dapat membantu, jelas Michael Salvatico.

S&P Global menganalisis emisi dari 15.000 perusahaan publik dan 5.000 perusahaan swasta, memungkinkan untuk melakukan pemodelan emisi dari mereka yang tidak melaporkan data tersebut.

S&P Global Trucost merupakan unit data lingkungan dari Sustainable1, yang mengevaluasi risiko organisasi terkait perubahan iklim, kendala sumber daya alam, dan faktor ESG lainnya, juga memperbaiki eror dalam pengungkapan kinerja lingkungan hidup. Pada tahun 2019, unit ini telah meneliti 5.047 pengungkapan perusahaan dan memperbaiki 2.680 eror dari 1.777 pengungkapan.

“Kesalahan yang paling umum adalah pengungkapan yang tidak selaras dengan Protokol Gas Rumah Kaca, sebuah standar internasional untuk praktik terbaik penghitungan karbon,” kata Alex Lake, kepala analis untuk lembaga keuangan di S&P Global Sustainable1. “Hal ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran di kalangan dunia bisnis tentang metodologi perhitungan yang benar, akhirnya menyulitkan perusahaan dan lembaga keuangan yang ingin membandingkan kinerja lingkungan dari portofolio yang berbeda atau perusahaan rantai pasokan dengan cara yang terstandarisasi.”

S&P Global Trucost juga membantu perusahaan dalam memahami paparan fasilitas dan aset modal terhadap risiko terkait perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut dan badai yang lebih sering atau ekstrem, gelombang panas, dan kebakaran hutan.

“Untuk kenaikan permukaan laut, kami menggunakan resolusi yang sangat tinggi, yaitu 30 meter kali 30 meter, sehingga kami dapat menilai risiko satu bangunan dibandingkan dengan bangunan di sebelahnya,” kata Alex. 

Menggunakan alat Penetapan Harga Karbon dari Trucost, perusahaan kini dapat menentukan bagaimana pengaruh skema penetapan harga karbon yang ada di lebih dari 45 yurisdiksi bagi mereka, sekaligus potensial di masa depan, sehingga dapat mengelola risiko penetapan harga karbon dan mengenalkan penetapan harga karbon internal untuk menginformasikan keputusan mereka.

Michael Salvatico mengatakan beberapa perusahaan mungkin perlu membeli kredit karbon untuk mencapai emisi nol bersih. Platts, anak perusahaan S&P Global, yang menyediakan harga patokan untuk pasar komoditas di seluruh dunia, menilai harga serangkaian kredit karbon.

“Platts adalah salah satu yang pertama memberi harga unit karbon sukarela dan kami melibatkan pasar ini karena kemungkinan akan tumbuh secara substansial. Kami telah melihat permintaan untuk kredit karbon meningkat dan peningkatan pasar karbon sukarela,” kata Michael.

Menetapkan target yang tepat

Saat dunia bisnis menyusun rencana untuk mencapai emisi nol bersih, maka mereka juga harus menetapkan target jangka pendek, tambah Michael.

“Sama seperti semua tujuan jangka panjang, pencapaian jangka menengah menjadi ukuran kemajuan yang penting. Misalnya, jika perusahaan ingin mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, mereka juga harus memiliki target untuk setiap lima tahun untuk mencapainya,” jelasnya.

Perusahaan juga harus mencari penilaian eksternal demi  target emisi untuk meningkatkan kredibilitas. Pada tahun 2015, CDP, United Nations Global Compact, World Resources Institute dan World Wide Fund for Nature membentuk inisiatif Science Based Targets (SBTi) untuk membantu dunia bisnis menetapkan target penurunan emisi yang sejalan dengan sains iklim terkemuka.

“Ketika SBTi meninjau target perusahaan, penilaian tersebut memberikan validitas terhadap komitmen perusahaan,” kata Michael. SBTi kini telah menerbitkan standar untuk target emisi nol bersih, termasuk kriteria yang dibutuhkan perusahaan untuk menetapkan target berbasis sains yang konsisten dengan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C.

S&P Global memiliki program keterlibatan perusahaan, yang disebut Corporate Sustainability Assessment (CSA), bagi yang ingin menetapkan garis dasar keberlanjutan dan memahami kinerja lingkungan hidup. CSA melakukan evaluasi tahunan terhadap praktik keberlanjutan perusahaan yang mencakup lebih dari 10.000 bisnis dari seluruh dunia, memberikan pemahaman untuk membantu perusahaan mengatasi persyaratan pengungkapan dan meningkatkan kinerja mereka dibandingkan dengan yang lain.

Michael Salvatico mengatakan tekanan mulai muncul bagi perusahaan untuk menetapkan target penurunan emisi, termasuk untuk rantai pasokan mereka. “Adanya kebutuhan yang mendesak untuk aksi iklim. Transisi menuju masa depan rendah karbon mulai mendapatkan momentum dan perusahaan perlu bergerak untuk maju dan melindungi operasional mereka,” kata Michael.

“Bahkan dalam skenario 3 derajat Celcius, sejumlah besar sektor masih gagal di wilayah tersebut. Kita bisa dan harus melakukan yang lebih baik.”

Artikel ini adalah bagian dari seri mengulas ESG, yang diproduksi oleh Eco-Business dengan S&P Global Sustainable1, untuk mengungkap masalah ESG tentang dekarbonisasi, risiko iklim, kesenjangan data, dan rantai pasokan di Asia Pasifik.

Like this content? Join our growing community.

Your support helps to strengthen independent journalism, which is critically needed to guide business and policy development for positive impact. Unlock unlimited access to our content and members-only perks.

Terpopuler

Acara Unggulan

Publish your event
leaf background pattern

Transformasi Inovasi untuk Keberlanjutan Gabung dengan Ekosistem →